MAKALAH
“MATERI CERITA”
A. PENGERTIAN CERITA, DONGENG DAN METODE BERCERITA
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan,
baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Cerita
adalah penuturan tentang suatu kejadian.Dari cerita tersebut , kita dapat
mengetahui di mana , bangaimana , dan apa yang dialami oleh pelaku cerita dari
awal sampai akhir , Pelaku cerita dapat manusia , binatang ,maupun , manusia. Pada
zaman dahulu cerita dapat dituturkan secara lisan . Di tempat pesta biasanya
diramaikan oleh tukang cerita . Fungsinya sebagai penghibur . berfungsi sama
demgan penyanyi dan penari. Karangan pendek yang berbentuk prosa yang
mengisahkan tentang suatu peristiwa disajikan secara singkat yang bertema
anak-anak disebut cerita pendek anak-anak.
Kata Dongeng
berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati),
sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe
(dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur
sepuh, tutr tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun
cerita belum tentu dongeng”.
Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara
bertutur. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan
materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya (pantomim, puisi, dll).
B. MANFAAT
BERCERITA
Menurut para ahli pendidikan
bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu:
Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak, Media penyampai
pesan/nilai moral dan agama yang efektif, Pendidikan imajinasi/fantasi,
Menyalurkan dan mengembangkan emosi, Membantu proses peniruan perbuatan baik
tokoh dalam cerita, Memberikan dan memperkaya pengalaman batin, Sarana hiburan
dan penarik perhatian, Menggugah minat baca, dan Sarana membangun watak
mulia.
C. PERSIAPAN BERCERITA
Agar dapat bercerita dengan tepat,
pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain
ditentukan oleh :
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap
tingkat usia,misalnya;
a. sampai pada usia 4 tahun,
anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Tomat yang Hebat, Anak ayam yang
Manja, anak nakal tersesat di hutan rimba, orang jahat, dll.
b. Pada usia 4-8 tahun,
anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan,
seperti; Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak
menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan
si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.
2.
Waktu Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang
konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai
berikut
a. Sampai usia 4 tahun, waktu cerita
hingga 7 menit
b. Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10
-15 menit
c. Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga
25 menit Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang,
apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan
pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3. Suasana (situasi dan kondisi) Suasana
disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan
keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik. Pendidik
dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras
materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa
cerita untuk segala suasana.
D.
PRAKTIK BERCERITA
1. Teknik Bercerita. Pendidik perlu mengasah keterampilannya
dalam bercerita, baik dalam olah vokal,
olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Secara garis besar
unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional
adalah sebagai berikut : (1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik
muka) (4) Visualisasi gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara
lazim maupun suara tak lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis
ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2. Mengkondisikan
anak
Tertib merupakan prasyarat
tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama
anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
(a) Aneka tepuk. (b)simulasi kunci mulut (c) “Lomba duduk tenang. (d) Tata
tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturan selama
mendengarkan cerita (e) Ikrar, Pendidik mengajak anak-anak untuk mengikrarkan
janji selama mendengar cerita.
3. Teknik membuka Cerita
Membuka cerita merupakan saat yang sangat
menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang
kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan: a. Pernyataan kesiapan : “Anak-anak,
hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.
b. Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak
yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi pantai…?” c.
Sinopsis (ringkasan cerita). d. Munculkan Tokoh dan Visualisasi e. Pijakan
(setting) tempat “Di sebuah desa yang makmur…”,. f. Pijakan (setting) waktu,
“Jaman dahulu kala…” g. Ekspresi emosi:
Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain. h. Musik
& Nyanyian “Di sebuah negeri angkara murka, dimulai cerita…(kalimat ini
dinyanyikan), atau ambillah sebuah lagu yang popular, i. Suara tak Lazim atau
”Boom” ! : Pendidik dapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam
suara seperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakan dan
lain-lain.
4. Menutup Cerita dan Evaluasi
a. Tanya jawab seputar nama tokoh
dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan. b. Doa khusus
memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan
agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik. c. Janji
untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai
hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!” d.
Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular
maupun tradisional e. Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah
selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap
dan imajinasi anak.
5. Media dan Alat bercerita berdasarkan
cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa
alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut
dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung:kucing dsb) maupun
peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb). Agar bercerita lebih
menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam
bercerita,
Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus
mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh
: Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat
usia,misalnya;
a. sampai pada usia 4 tahun, anak
menyukai dongeng fabel dan horor, seperti Tomat yang Hebat, Anak ayam yang
Manja, anak nakal tersesat di hutan rimba, orang jahat, dll.
b. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak
menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan,
seperti; Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c. Pada usia 8-12 tahun, anak-anak
menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan
si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.
Ada suatu
ungkapan ”Seorang Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang
hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pengasuh anak-anak (guru, tutor)
keahlian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai.
Makalah Materi Cerita Pada Anak atau Siswa
4/
5
Oleh
INFORMASI PENDIDIKAN