MANSUR DAN BERUANG KUTUB RAKSASA
Mansur dan ibunya mencoba memutuskan
di mana mereka akan menghabiskan libur musim panas. Ibunya menyarankan agar
mereka pergi ke sebuah biro perjalanan, dan memutuskan liburan mereka dengan
memperhatikan brosur-brosur yang mempromosikan negara-negara yang berbeda.
Maka, pergilah mereka ke sebuah biro perjalanan. Begitu memasuki kantor biro
itu, Mansur dan Ibunya berhadapan dengan poster-poster dinding bergambar tempat-tempat
yang belum pernah mereka lihat. Ketika Ibunya berbincang-bincang dengan pegawai
biro tersebut, Mansur mulai memeriksa poster-poster tersebut satu demi satu.
Mansur terkejut oleh suara yang
datang dari sebuah poster di dekat tempatnya berdiri:
“Hei, Mansur, salam!” kata sebuah
suara yang sangat dalam. “Mengapa kamu dan ibumu tidak berkunjung ke sini
saja?”
Mansur mengarahkan kepalanya ke arah
suara itu. Suara itu ternyata berasal dari seekor beruang kutub di poster yang
tergantung tepat di sebelahnya.
“Halo!” katanya. “Kupikir, kamu
adalah manusia salju raksasa.”
Beruang kutub itu tersenyum gembira.
“Kamu benar. Dengan tubuh yang begitu besar, ditambah bulu-bulu putih ini, kami
menyerupai manusia salju. Namun, dengan tubuh seberat 1.700 pon (800 kilogram),
setinggi 8 kaki (2,5 meter), kami yakin jauh lebih besar daripada mereka.”
“Aku ingin datang mengunjungimu,
mengenal dirimu dan keluargamu lebih baik lagi. Tapi, tempat tinggalmu
benar-benar dingin.”
“Memang betul,” beruang itu
menyetujui. “Kami tinggal di kawasan paling dingin di dunia seperti Kutub
Utara, Kanada Utara, Siberia Utara, dan Antartika.”
“Terus, mengapa kamu tidak merasa
dingin?” pikir Mansur.
“Pertanyaan yang bagus,” komentar
teman baru Mansur. “Biar kujelaskan. Setiap bagian tubuh kami dirancang sesuai
dengan lingkungan tempat tinggal kami. Menghadapi dingin yang membeku, es, juga
badai-badai salju, lapisan lemak tebal yang secara ajaib diciptakan Allah di
bawah kulit-kulit kami melindungi kami dari hawa dingin. Bulu-bulu kami, yang
juga diciptakan secara khusus, tebal, lebat dan panjang. Allah menciptakan kami
sesuai dengan iklim tempat tinggal kami. Pernahkah kamu berpikir mengapa kami
tidak tinggal di gurun-gurun Afrika? Pikirkan itu! Jika kami tinggal di gurun
pasir, kami akan kepanasan dan mati. Inilah salah satu tanda bahwa Allah telah
menciptakan setiap makhluk hidup sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.”
Mendapat kesempatan luar biasa untuk
berbicara dengan seekor beruang kutub, Mansur mulai menanyakan apapun yang
ingin diketahuinya:
“Aku ingat, sebagian besar beruang
tidur di musim dingin. Apakah kalian, beruang-beruang kutub, juga begitu?”
Beruang itu mengguncang-guncangkan
kepalanya yang putih, berbulu kusut. “Tidak, temanku sayang. Kami berbeda
dengan beruang-beruang lain karena kami tidak tidur panjang di musim dingin.
Hanya beruang-beruang betina, terutama yang sedang mengandung, yang melakukan
itu.”
“Bagaimana bayi-bayi yang baru lahir
memperoleh makanan?” Mansur ingin tahu.
“Syukur kepada Tuhan kami, Yang
menyediakan segala sesuatu. Makanan untuk bayi-bayi yang baru lahir sudah
tersedia bagi mereka. Ibu beruang kutub memberi makan bayi-bayinya dengan
susunya,” beruang itu menjelaskan.
“Jadi, anak-anak itu hanya diberi
susu saja?”
“Itu betul,” jawab beruang kutub.
“Susu Ibu beruang mengandung lemak berkadar tinggi. Susu berlemak ini memenuhi
kebutuhan anak-anaknya lewat kemungkinan cara terbaik. Dengan susu ini,
bayi-bayi beruang kutub tumbuh sangat cepat, dan pada musim semi mereka siap
untuk keluar dari liangnya.
“Mansur, kamu akan menyadari bahwa
karena kami tinggal di belantara yang dingin, dan jelas-jelas tidak mampu
menyelidiki apapun bagi diri kami sendiri, maka tak mungkin kami dapat
mengetahui makanan yang diperlukan oleh bayi-bayi kami ketika baru saja
dilahirkan. Juga, jelas tak mungkin bagi kami untuk menghasilkan susu di dalam
tubuh kami sekehendak kami dengan upaya kami sendiri. Susu kami bahkan tidak
diproduksi oleh pabrik paling modern sekalipun. Kebenaran ini jelas
memperlihatkan kami keajaiban penciptaan Allah.”
“Kamu benar, temanku,” Mansur
setuju. “Sedikit saja orang berpikir, maka ia dapat melihat keajaiban yang
terjadi di sekitarnya setiap saat.”
Beruang kutub melanjutkan
pembicaraan tentang dirinya. Kemudian ia berkata.
“Sekarang, aku punya pertanyaan
untukmu. Tahukah kamu bahwa beruang-beruang kutub adalah perenang dan penyelam
yang sangat baik?”
Mansur takjub. “Kamu pasti bercanda.
Maksudmu, kamu bisa berenang? Dengan badan yang begitu berat, di air yang
membekukan?”
“Aku nggak bercanda,” kata sang
beruang. “Kami, beruang kutub, berenang dan menyelam dengan ahli. Ketika
berenang, kami manfaatkan kaki-kaki depan. Allah, Sang Maha Pemurah,
menciptakan kaki-kaki kami sedemikian rupa hingga dapat digunakan seperti
dayung untuk berburu dengan mudah. Ia memberi selaput di antara jari-jari kami,
seperti selaput di antara kaki-kaki bebek. Juga, untuk memudahkan berburu,
Allah menciptakan kami sedemikian rupa hingga kami dapat menutup lubang hidung
kami di dalam air, dan membuat mata kami tetap terbuka.”
“Seperti dapat kamu lihat, Mansur,”
beruang kutub melanjutkan. “Allah telah menciptakan kami agar dapat bertahan
hidup dalam kondisi-kondisi yang betul-betul sulit. Tidaklah mungkin kami
mengembangkan sendiri ciri-ciri ini pelahan-lahan. Juga, tidak mungkin kami
memperolehnya secara tiba-tiba. Allahlah yang mengajari kami apa yang kami
perlukan untuk bergerak di air.”
“Apa kamu tidak merasa dingin sama
sekali di dalam air es?” tanya Mansur, sedikit menggigil memikirkan itu.
“Sama sekali tidak,” kata beruang
itu, sedikit bangga. “Kalau kalian, manusia, meletakkan tangan atau kaki kalian
di atas gunung es, kalian harus cepat-cepat mengangkatnya. Tapi kami bahkan
tidak merasa dingin, karena Allah menciptakan kaki berlapis bulu tebal, hingga
tidak terpangaruh oleh hawa dingin. Jika kaki-kaki kami tertutup kulit seperti
kamu, kami tidak akan pernah mampu hidup di lingkungan dingin seperti ini.”
Setelah mendengar apa yang
diceritakan beruang kutub padanya, Mansur memahami lebih jelas lagi bahwa Allah
memiliki kekuatan dan kehendak tak terbatas. Mansur teringat ketika
menghabiskan liburan di desa. Ia telah berenang sepanjang musim panas, namun
airnya hangat karena iklim yang lembut. Ia berpikir dan membandingkannya dengan
air dingin tempat beruang kutub berenang. Maka, jelas baginya bahwa Allah telah
menciptakan binatang-binatang ini sedemikian rupa, untuk membuat mereka tahan
terhadap air dingin. Memikirkan itu, ia menyadari bahwa Allah menciptakan
setiap makhluk dengan tubuh yang ideal untuk lingkungan tempat tinggalnya.
Misalnya, unta diciptakan sedemikian rupa hingga mereka dapat bertahan terhadap
panas gurun. Teman Mansur, sang beruang kutub, kemudian memotong pemikirannya:
“Mansur, tahukah kamu mengapa kami
berwarna putih atau kekuningan?”
“Tidak. Aku tidak pernah
memikirkannya. Mengapa?”
Beruang menjelaskan. “Warna putih
kami menjamin perlindungan kami dari musuh-musuh kami dalam lingkungan yang
dingin, ber-es, tempat kami hidup. Kami nyaris tak terlihat bermil-mil di
lapangan es putih, karena warna kami sama dengan es.”
Mansur terkesan. “Betapa masuk
akalnya,” katanya. “Jika kamu hitam seperti burung gagak atau berwarna-warni
seperti nuri, maka tak mungkin bagimu untuk bersembunyi. Itu berarti, kamu
dalam bahaya.”
“Ya, Mansur. Ada banyak hal yang tidak
pernah dipikirkan orang, dan hal-hal yang membuat mereka terbiasa
menyaksikannya. Kenyataannya, Allah telah menciptakan apapun sesuai dengan
kebijakan ilahiahNya.”
Mansur merasa sangat bersyukur pada
Allah yang telah memberikannya kemampuan untuk berpikir dan memahami. “Kalau
Allah tidak menghendakinya, aku mungkin akan membuang waktuku dalam kehidupan
fana di dunia ini, mengabaikan pengetahuan dan kekuasaanNya yang luarbiasa.”
Memikirkan percakapannya dengan
beruang kutub, Mansur menyadari betapa pentingnya kehidupan ini. Setiap
informasi baru yang dipelajarinya, meningkatkan cinta dan kekaguman pada Allah.
Karena ini, ia ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang beruang-beruang
kutub.
“Aku yakin hidungmu lebih sensitif
untuk membaui dibanding hidung kami, betulkah itu?” ia menduga.
Beruang menganggukkan kepalanya
lagi. “Ya. Indera penciuman kami begitu kuat hingga kami dapat dengan mudah
mendeteksi anjing laut yang bersembunyi di lapisan salju sedalam satu setengah
meter. Seperti kamu ketahui, Allah Yang Maha Kuasa memberikan keunggulan
ciri-ciri yang dimiliki tidak hanya pada kami, tapi juga pada makhluk-makhluk
lain dengan cara yang sama.”
Mansur melanjutkan: “Aku tahu,
terdapat bukti pengetahuan dan kekuasaan Allah yang luarbiasa dalam setiap makhluk
hidup di muka bumi. Biarpun begitu, mendapatkan keterangan lengkap mengenai
makhluk-makhluk hidup ini lebih banyak lagi, meningkatkan ketakjubanku pada
penciptaan Allah yang luarbiasa.”
“Biarkan aku berpikir,” kata beruang
itu. “Kami, beruang kutub, memiliki taktik-taktik menarik yang kami gunakan di
musim dingin dan musim panas. Sekarang, pikirkan bulu putih yang membuat kami
menyerupai manusia salju. Jika kamu hanya memikirkan bulu putih kami, kamu
mungkin akan mengatakan, ‘Kamu tidak akan terlihat.’ Tapi jangan lupa bahwa
kami punya hidung berwarna hitam. Hidung ini membuat kami tidak dapat
sepenuhnya tersamar di antara salju. Jadi, apa yang kami lakukan? Dengan
cerdik, kami tutupi hidung kami dengan bagian depan cakar yang berwarna putih.
Dengan cara itu, kami menyembunyikan perbedaan warna. Kami menunggu dalam
keadaan sepenuhnya tersembunyi di salju untuk menanti mangsa kami
mendekat."
Mansur berseru dalam ketakjuban:
“Itu benar-benar sangat cerdik!”
“Ya, Mansur. Beruang tahu bahwa
mereka dapat menyamarkan diri mereka sendiri, dengan kata lain, menyembunyikan
diri, karena bulu putih mereka dan padang salju di sekitar mereka berwarna
serupa. Namun, lebih jauh lagi, mereka bahkan berpikir untuk menutupi hidung
hitam mereka, yaitu satu-satunya halangan untuk penyamaran mereka di tengah
putihnya salju. Tentu saja, seperti dapat kamu tebak, tidaklah mungkin beruang
kutub memikirkan sendiri apa yang perlu dilakukan setelah beberapa kali kembali
dari perburuan tanpa makanan, setelah itu baru menyadari bahwa mereka perlu
menutupi hidungnya! Beruang hanya bertingkahlaku sebagaimana Allah mengilhamkan
pada mereka untuk berperilaku. Allah merancang mereka dengan cara ini. Pada
akhirnya, mereka, seperti makhluk hidup lainnya, berada di bawah kendali
Allah.”
Mansur memutuskan untuk memberitahu
Ibunya apa yang telah dipelajarinya tentang beruang kutub dalam perjalanan
pulang, dan menjelaskan seni kreatif Allah yang tampak pada beruang-beruang
itu. Ia berterimakasih pada temannya atas percakapan yang mengagumkan itu, dan
kembali ke Ibunya.
Sesungguhnya telah Kami buatkan
setiap macam perumpamaan bagi manusia dalam Al Quran ini supaya mereka mendapat
pelajaran (Surat Az Zumar: 27).
Allah Pencipta langit dan bumi, dan
bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
mengatakan kepadanya: “Jadilah.” Lalu jadilah ia (Surat Al Baqarah: 117).
[Orang-orang dengan kecerdasan
adalah] mereka yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Surah Al
'Imran: 191)
Cerita Pendek Anak Lucu Inspiratif, Unik Mansur dan Si Beruang Raksasa
4/
5
Oleh
INFORMASI PENDIDIKAN