DAMPAK BURUK MAKANAN HARAM BAGI SEORANG MUSLIM
Era globalisasi banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tak
terkecuali terhadap kaum muslimin. Karenanya, banyak orang yang mengatakan,
"Yang haram saja susah, apalagi yang halal." Satu ungkapan yang
menggambarkan rendahnya kondisi keimanan dan keyakinan terhadap rahmat dan
rezeki Allah.
Padahal, Allah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menegaskan bahwa Allah akan mencukupkan rezeki mereka. Sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya (yang artinya), "Dan betapa banyak binatang yang
tidak (dapat) membawa (mengurus) rezeki sendiri. Allahlah yang memberi rezeki
kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Q.S. Al-Ankabut:60)
Juga firman-Nya (yang artinya), "Aku tidak menghendaki rezeki
sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku
makan." (Q.S. Adz-Dzariyat:57)
Dua ayat tersebut menegaskan bahwa Allah sebagai pemberi rezeki kepada semua
makhluk. Lantas, Allah mengutus Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk menghalalkan perkara yang baik dan mengharamkan perkara yang buruk bagi
manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya (yang artinya), "(Yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati
tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari yang mungkar, menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk,
juga membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka, orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya,
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Alquran), mereka
itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Al-A'raf:157)
Makanlah yang halal dan yang baik saja
Setelah jelas semua yang dihalalkan dan yang diharamkan oleh Allah,
apalagi yang menjadi halangan untuk menghindari hal yang haram dan hanya
mengambil yang halal?
Seperti firman-Nya (yang artinya), "Wahai manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari segala sesuatu yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan adalah musuh bagimu."
(Q.S. Al-Baqarah:168)
Apalagi bila kita bersyukur atas segala nikmat, Allah akan menambah
anugerah-Nya. Namun, jika kita ingkar dan melampaui batas maka kebinasaan ada
di hadapan kita. Allah berfirman (yang artinya), "Makanlah rezeki yang
baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang
menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka
sesungguhnya binasalah ia!" (Q.S. Thaha:81)
Pentingnya makanan yang halal dan bahaya makanan yang haram
Permasalahan halal dan haram sangat penting sebab hal ini juga terkait
dengan amal saleh dan ibadah. Di dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh
Muslim dan yang lainnya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya, Allah ta'ala itu baik,
tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada
orang-orang mukmin dengan perintah yang disampaikan-Nya kepada para rasul dalam
firman-Nya, 'Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan
kerjakanlah amal saleh! Sesungguhnya, Aku Maha mengetahui segala perbuatan yang
kamu kerjakan.' (Q.S. Al-Mu'minun:51)
Allah pun berfirman (yang artinya), 'Wahai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.' (Q.S.
Al-Baqarah:172)
Kemudian, beliau menyebutkan seorang laki-laki kusut seperti debu yang
mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdoa, 'Wahai Rabbku, wahai
Rabbku ....' Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia
kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin permohonan orang
tersebut dikabulkan?" [1]
Hadis tersebut menjelaskan bahwa makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi
diterima dan tidaknya suatu amal saleh. Ibnu Rajab berkata, "Hadis ini
menunjukkan bahwa amal tidak diterima dan tidak suci, kecuali dengan memakan
makanan yang halal. Adapun memakan makanan yang haram, itu dapat merusak amal
dan membuatnya tidak diterima." [2]
Allah juga berfirman (yang artinya), "Wahai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu."
Lantas, bagaimana menghadapi syahwat dunia, terkait masa depan
dunia?
Pertama, hendaknya kita berusaha menghilangkan penyebab yang
membuat kita memperoleh penghasilan yang haram, yaitu dengan cara menumbuhkan
rasa takut dan malu kepada Allah. Itu semua ditempuh dengan mempelajari agama
Islam serta mengenal Allah dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma'
wa shifat-Nya. Dengan kata lain, hendaknya, kita mengenal akidah tauhid
yang benar, sehingga rasa takut dan malu kepada Allah pun tumbuh. Selain itu,
akan tumbuh pula keyakinan bahwa Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan
yang Ia takdirkan.
Kedua, menghilangkan ketamakan dan menumbuhkan sifat qana'ah
(bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh Allah). Ini pun merupakan buah dari
pengetahuan kita terhadap akidah tauhid yang benar. Kita juga mencoba
memahamkan diri bahwa Allah ta'ala telah menetapkan rezeki kita,
sehingga kita tidak akan mati sebelum nikmat rezeki tersebut sempurna.
Ketiga, mengenal bahaya usaha yang haram dengan belajar hukum-hukum
Islam, belajar membedakan hal yang halal dan hal yang haram. Dengan ini semua,
kita akan mampu berupaya menghindar dari usaha yang haram karena kita tahu
bahwa rezeki kita telah diciptakan oleh Allah, tinggal bagaimana kita
mencarinya dengan baik.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Carilah
nikmat dunia dengan baik lagi cerdik." (H.R. Al-Bazaar, 9:169;
dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 898) [3]
Perhatikan pula sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
berikut, "Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram
maka neraka lebih pantas baginya."
Mudah-mudahan, hal ini membuat kita lebih berhati-hati. Wallahu
Al-Muwaffiq.
Catatan kaki:
[1] Dikeluarkan oleh Muslim dalam "Az-Zakah"; no. 1015, At-Tirmidzi
dalam "Tafsirul Qur'an"; no. 2989; Ahmad dalam "Baqi Musnad
Al-Muktsirin, no. 1838; Ad-Darimi dalam "Ar-Riqaq", no. 2717.
[2] Jami'ul 'Ulum wal Hikam, 1:260.
[3] Bagian dari hadis yang dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dalam At-Targhib wa
At-Tarhib, 3:17, awalnya, "Hai Sa'id, perbaikilah makananmu! Niscaya
doamu diterima." Al-Haitsami menyebutkan, dalam Al-Mujama',
10:294, ia berkata, "Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani; pada sanadnya
terdapat perawi yang belum saya kenal. Adapun tambahan ini, sahih dengan banyak
penguatnya dari Jabir dan Ka'b bin 'Ujrah serta Abu Bakar Ash-Shiddiq,
sebagaimana dalam Adh-Dha'ifah, 3:293, dan dikeluarkan oleh
At-Tirmidzi dengan sepertinya dalam Al-Jumu'ah, no. 614 dari Ka'b bin
'Ujrah pada sebagian hadis panjang, yang lafalnya, 'Sesungguhnya, tidak
berkembang daging yang tumbuh dari makanan yang haram kecuali neraka yang lebih
pantas baginya.'" Abu 'Isa berkata, "Hadis ini hasan gharib,
dan disahkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, no.
501."
DAMPAK BURUK MAKANAN HARAM BAGI SEORANG MUSLIM
4/
5
Oleh
INFORMASI PENDIDIKAN