Jumat, 02 Desember 2016

Nilai Rendah, Guru Santai Saja dan Kok Tidak Malu

Nilai Rendah, Guru Santai Saja dan Kok Tidak Malu
Sekarang guru malah santai saja. Kok tidak malu.

WAHANA INFORMASI PENDIDIKAN DAN GURU | Apapun hasil ujian nasional dan hasil evaluasi itu sangat ditentukan oleh tingkat profesionalitas seorang guru yang dinilai melalui ujian kompetensi guru (UKG). Karena itu, ironis jika nilai rata-rata siswa itu enam sementara nilai uji kompetensi guru malah di bawah enam.

"Kalau UKG di bawah 6 sementara siswa rata-rata 6 maka ini terbalik" kata Kepala Dinas Pendidikan Alexius Akim yang mi-penanggalan.blogspot.co.id kutip dari JPNN (02/12/16).

Pemerintah pusat hingga ke daerah untuk berlomba meningkatkan nilai UKG. Menurut Alexius, hal ini lebih penting dilakukan dibandingkan wacana penghapusan ujian nasional.

"Saat ini nilai UKG Kalbar belum sampai nasional. Targetnya adalah 6,5, tapi sekarang malah 5,8," kata Alexius.


Menurut Alexius, rendahnya nilai UKG itu karena masih ada yang kurang paham dengan teknologi untuk menunjang proses belajar mengajar. Sebab lainnya, kata Alexius, masih ada guru yang belum membudayakan malu terlambat, tidak siap dan tidak masuk.

"Sekarang guru malah santai saja. Kok tidak malu," keluh Alexius.

Sekolah 5 Hari Tinggal Menunggu Persetujuan Presiden

Sekolah 5 Hari Tinggal Menunggu Persetujuan Presiden
"Untuk rencana itu sudah saya ajukan ke Presiden. Tinggal menunggu persetujuan presiden saja"

WAHANA INFORMASI PENDIDIKAN DAN GURU | Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, berencana memotong hari belajar siswa hanya sampai hari Jumat atau lima hari dalam seminggu. Rencana itu sudah diajukan dan tinggal menunggu persetujuan Presiden Joko Widodo.

"Untuk rencana itu sudah saya ajukan ke Presiden. Tinggal menunggu persetujuan presiden saja. Mudah-mudahan disetujui," kata Muhadjir yang mi-penanggalan.blogspot.co.id kutip dari Okezone (01/12/16).

Pemotongan hari belajar ini supaya para siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan karakternya. Namun, Muhadjir menegaskan untuk menempa karakter anak yang kuat, tidak cukup hanya mengandalkan sekolah. Belajar juga bisa dilakukan bersama keluarga dan masyarakat. 


"Sabtu dan Minggu silakan tamasya bersama keluarga dan belajar di sana. Belajar hanya di ruang kelas seperti pemikiran kebanyakan kita saat ini, adalah pikiran yang menyesatkan," terang Muhadjir.